Waktu Membawanya Menyelami Cerita
Tentang ribuan kata yang belum sempat bersuara.
Juga sesak didada yang tak kunjung reda.
Ia percaya waktu akan membuat semua itu sirna.
Tuhan ... Mengapa terkadang dunia terlalu kelam dipandang.
Membiarkan orang terkurung dalam diam.
Meringis kesepian tanpa terdengar.
Setelah pandemi covid-19 yang sempat menguncangkan dunia usai, ia memeluk dirinya sendiri. Seolah lupa cara bicara, sampai sang guru berkata pada ibunya "ibu, anakmu ini pintar, sayangnya terkadang ia tak berani untuk mencoba untuk menjawab setiap pertanyaan guru lain yang dilontarkan, ia pendiam."
Sungguh, ia memang bukan orang yang lihai dalam bersosialisasi, bahkan terkadang interaksi itu membuat dirinya kehilangan energi. Terlepas dari semua itu, ia bukannya tak ingin menjawab, ia hanya manusia yang berada di fase kesepian, tepatnya ia telah hilang kepercayaan pada orang-orang diluar sana.
Namun, waktu terus membawanya dalam lautan penuh cerita, ia menyelam terlalu dalam hingga ia berteman dengan kebisuan. Tak ada yang peduli dan menemani. Mereka lebih memilih datang dan pergi tanpa berpamitan. Mereka hanya manusia yang tak menetap lama dalam kisahnya. Lagi dan lagi ia percaya waktu akan membawanya pada permukaan penuh cahaya. Di sisi lain waktu juga menunggu usahanya meraih cahaya.
Hingga benar saja ... ada titik dimana ia mengambil cahaya dan hilang dari gelapnya dunia. Ia perlahan mulai percaya bahwa masih ada orang yang tak akan mengingatkan ia pada memori lama. Masih ada orang yang bisa ia jadikan teman. Sampai akhirnya, hari ini, detik ini, ia kembali menjadi seorang gadis yang tak takut dunia. Seorang gadis yang tau jalan pulang tanpa merasa kesepian, seorang gadis yang tak lagi bersembunyi dibalik punggung ibunya karna dunia yang seolah tak menerimanya.
Perihal aku yang terlahir di dunia ini.
Di setiap pijakan yang kulangkahi.
Kusematkan rasa syukur pada illahi Rabbi.
Juga, perihal esok yang belum pasti.
Bagaimanapun akan kulewati.
Dengan doa yang mengiringi.
Untuk massa yang telah terlampaui.
Sungguh telah kunikmati.
Baik itu perkara meyayat hati,
hingga suatu hal yang tumbuh rasa ria dalam diri.
Setidaknya diriku telah mampu berdiri.
Meski terkadang beberapa berakhir frustasi.
Penulis: Dini Anggraeni Nugraha (Kelas X.2 MA Al-Huda Pameungpeuk)
Social Footer