Al-Qur’an merupakan kitab suci terakhir yang Allah SWT turunkan sebagai petunjuk bagi umat manusia. Para ulama Ulumul Qur’an sepakat bahwa peristiwa turunnya Al-Qur’an merupakan fase paling penting dalam sejarah kerasulan Nabi Muhammad SAW. Proses penurunan itu tidak berlangsung sekaligus, tetapi melewati tahapan-tahapan tertentu sebagaimana dijelaskan dalam banyak riwayat dan karya ulama klasik (asy-Suyuthi, 2008; al-Qaththan, 1993).
1. Peristiwa Turunnya Wahyu Pertama
Mayoritas ulama menegaskan bahwa wahyu pertama turun pada malam Lailatul Qadar di bulan Ramadan, sebagaimana disebutkan dalam QS. al-Qadr dan QS. ad-Dukhan. Pada saat itu, Malaikat Jibril datang kepada Nabi Muhammad SAW dan menyampaikan firman Allah:
“Iqra’ bismi rabbika alladzī khalaq…”
(HR. al-Bukhari) Peristiwa ini terjadi di Gua Hira. Banyak sumber Ulumul Qur’an menjelaskan bahwa Nabi merasa ketakutan karena menghadapi pengalaman baru bertemu malaikat. Khadijah RA kemudian menenangkan beliau dan membawa beliau kepada Waraqah bin Nawfal yang mengenali tanda-tanda kenabian (Ibn Hisham, Sirah Nabawiyah).
2. Tahapan Turunnya Al-Qur’an
Menurut ulama seperti az-Zarqani dan Manna’ al-Qaththan, proses turunnya Al-Qur’an terjadi dalam dua tahap besar:
Dari Lauhul Mahfuz ke Baitul ‘Izzah (langit dunia)
Penurunan pertama ini terjadi secara sekaligus. Hal ini dipahami dari QS. al-Qadr dan QS. ad-Dukhan. Para ulama menjelaskan bahwa tahap ini dimaksudkan untuk menunjukkan kemuliaan Al-Qur’an sebagai kalam Allah (as-Suyuthi, al-Itqan fi Ulum al-Qur’an).
b. Dari Baitul ‘Izzah kepada Nabi Muhammad SAW secara bertahap
Tahap kedua berlangsung selama ± 23 tahun, sesuai dengan dinamika dakwah Rasulullah. Penurunan bertahap ini memiliki beberapa tujuan, antara lain:
•Menguatkan hati Nabi dalam menghadapi ujian dakwah (QS. al-Furqan: 32).
•Menjawab berbagai persoalan umat secara langsung.
•Menyampaikan hukum-hukum secara bertahap agar mudah diterapkan.
3. Bentuk-bentuk Penyampaian Wahyu
Sumber-sumber hadis dan literatur Ulumul Qur’an mencatat setidaknya empat bentuk penyampaian wahyu:
1.Jibril datang dalam bentuk manusia, sering menyerupai Dihyah al-Kalbi.
2.Jibril datang dalam bentuk aslinya, yang sangat berat bagi Nabi.
3.Suara seperti gemerincing lonceng, bentuk paling berat sebagaimana disebutkan dalam hadis Aisyah.
4.Mimpi yang benar, yang juga merupakan bagian dari wahyu.
(Referensi: HR. al-Bukhari; al-Qaththan, Mabahits fi Ulum al-Qur’an)
4. Pengumpulan Al-Qur’an
Pada masa Nabi, wahyu ditulis di berbagai media: pelepah kurma, tulang, batu tipis, dan dihafal oleh banyak sahabat.
•Masa Abu Bakar: Al-Qur’an dikumpulkan menjadi satu mushaf atas usul Umar bin Khattab.
•Masa Utsman bin Affan: Dilakukan standarisasi bacaan untuk mencegah perbedaan qiraat di berbagai wilayah.
Proses ini disampaikan secara rinci oleh para ahli seperti Subhi Shalih dan Manna’ al-Qaththan.
Hikmah Turunnya Al-Qur’an Secara Bertahap
Ulama menyebutkan beberapa hikmah:
•Pendidikan akidah dan syariat secara bertahap.
•Merespons dinamika sosial masyarakat ketika dakwah berlangsung.
•Menguatkan mental Nabi ketika menghadapi penolakan.
•Memudahkan hafalan para sahabat.
Penutup
Turunnya Al-Qur’an merupakan nikmat terbesar bagi umat manusia. Ia membawa cahaya dan petunjuk bagi setiap aspek kehidupan. Karena itu, tugas kita bukan hanya membacanya, tetapi juga memahami serta mengamalkannya.
Penulis: Zulfahri (Mahasiswa Ekonomi Syariah, Universitas PTIQ Jakarta)
Social Footer