Al-Qur’an merupakan kitab suci terakhir yang Allah SWT
turunkan sebagai pedoman hidup bagi seluruh umat
manusia. Penurunannya bukanlah peristiwa biasa,
melainkan momen agung yang menjadi titik perubahan
peradaban. Wahyu tersebut turun kepada Nabi Muhammad
SAW secara bertahap selama kurang lebih 23 tahun. Artikel
ini membahas sejarah, proses, dan makna mendalam di balik
turunnya Al-Qur’an.
Peristiwa Turunnya Wahyu Pertama
Wahyu pertama turun pada malam bulan Ramadan, yang
kemudian dikenal sebagai Lailatul Qadar, sebuah malam
yang lebih baik daripada seribu bulan.
Malaikat Jibril Menyampaikan Wahyu
Dalam hadis riwayat al-Bukhari, Jibril datang kepada Nabi
Muhammad SAW dan menyampaikan ayat pertama dari
Surah Al-‘Alaq:
“Iqra’ bismi rabbika alladzī khalaq…”
(Bacalah dengan nama Tuhanmu yang menciptakan…)
Peristiwa ini menandai awal dari misi kenabian. Nabi
Muhammad SAW sempat ketakutan karena ini adalah
pengalaman pertama bertemu malaikat membawa wahyu.
Namun, Khadijah RA menenangkannya dan membawanya
kepada Waraqah bin Nawfal, seorang pendeta yang
mengenal kitab terdahulu, yang kemudian menegaskan
bahwa yang datang adalah malaikat wahyu yang pernah
datang kepada para nabi sebelumnya.
Tahapan Turunnya Al-Qur’an
Penurunan Al-Qur’an dapat dibagi menjadi dua tahap besar:
a. Dari Lauhul Mahfuz ke Baitul ‘Izzah (Langit Dunia) Al-
Qur’an diturunkan secara sekaligus ke Baitul ‘Izzah,
sebagaimana dijelaskan dalam QS. Al-Qadr dan ad-Dukhan.
Hal ini menunjukkan kemuliaan Al-Qur’an sebagai kalam
Allah.
b. Dari Baitul ‘Izzah ke Nabi Muhammad SAW Secara
Bertahap
Wahyu kemudian turun melalui malaikat Jibril selama 23
tahun dengan tujuan:
• Menguatkan hati Nabi (QS. Al-Furqan: 32)
• Menjawab persoalan umat secara langsung
• Memberi petunjuk yang relevan sesuai situasi
Bentuk Penyampaian Wahyu
Wahyu turun kepada Nabi SAW dalam beberapa bentuk:
1. Malaikat Jibril datang dengan bentuk manusia,
paling sering menyerupai sahabat bernama Dihyah
al-Kalbi.
2. Malaikat datang dalam bentuk asli, sesuatu yang
sangat berat bagi Nabi.
3. Melalui suara seperti gemerincing lonceng,
bentuk paling berat dan membuat tubuh Nabi
bergetar.
4. Mimpi yang benar, yang juga bagian dari wahyu.
Pengumpulan dan Penulisan Wahyu
Saat wahyu turun, para sahabat segera menuliskannya pada
media seperti tulang, pelepah kurma, dan batu tipis. Selain
itu, banyak sahabat yang menghafalkannya.
Setelah Nabi wafat, Al-Qur’an dikumpulkan menjadi satu
mushaf pada masa Abu Bakar Ash-Shiddiq dan
disempurnakan standarisasinya pada masa Utsman bin
Affan.
Hikmah Turunnya Al-Qur’an Secara Bertahap
Turunnya Al-Qur’an secara berangsur-angsur menyimpan
banyak hikmah:
• Mendidik umat secara bertahap agar ajaran Islam
mudah diterapkan.
• Merespons kejadian nyata, sehingga ayat terasa
relevan dan kontekstual.
• Menguatkan mental Nabi, terutama di saat
menghadapi penolakan dan tekanan.
• Memudahkan hafalan dan pemahaman bagi para
sahabat.
Penutup: Al-Qur’an sebagai Cahaya Kehidupan
Turunnya wahyu Al-Qur’an merupakan anugerah terbesar
bagi umat manusia. Ia membawa cahaya, petunjuk, rahmat,
dan solusi bagi seluruh aspek kehidupan. Sebagai umat
Muslim, kewajiban kita bukan hanya membacanya, tetapi
juga memahami maknanya serta mengamalkannya dalam
kehidupan sehari-hari.
Al-Qur’an adalah bukti cinta Allah kepada manusia—cahaya
yang tak pernah padam hingga akhir zaman.
Penulis: Oleh Zulfahri (Mahasiswa Ekonomi Syariah, Universitas PTIQ Jakarta)
Social Footer