Tasikmalaya — Ikatan Pelajar PERSIS (IPP) Kota Tasikmalaya kembali menggelar program kaderisasi Ar-Rasikhuna Fil Ilmi 1 alias ROFI 1 Vol 2, pada 8–9 Mei 2025 di Aula PERSIS Centre, Tasikmalaya.
Dengan mengusung tema “Mewujudkan Kader Ikatan Pelajar PERSIS yang Menganalisis Pergerakan secara Kritis, Ilmiah dalam Merencanakan Strategi, dan Responsif dalam Bertindak di Kota Santri,” acara ini jadi wadah penting buat pelajar yang mau serius ngembangin kapasitas diri.
Yang bikin menarik, peserta datang dari beragam sekolah, nggak cuma dari pesantren PERSIS aja. Ada juga pelajar dari MAN 2, SMK MJPS 2, SMA 6, SMPN 7 Kota Tasikmalaya, sampai SMAN 1 Sindangkasih. Dari internal PERSIS, hadir pula perwakilan dari MA PERSIS 91 Bantargedang, MA 07 PERSIS Cempakawarna, MA Ilmu Dakwah Daarunnahlah, MA PERSIS 67 Benda, MTs PERSIS 266 Al-Muhajirin, hingga SMP PERSIS Gandok.
Ketua pelaksana, Mahesa Karan, menyebut ROFI 1 sebagai pintu pertama untuk para pelajar Muslim yang pengin serius aktif di IPP.
“ROFI 1 itu gerbang awal kaderisasi di Ikatan Pelajar PERSIS. Lewat acara ini, pelajar diajak buat mengasah potensi dan siap turun ke lapangan dengan bekal nilai-nilai keilmuan yang kuat,” jelas Mahesa.
Pelatihan ini dihadiri sejumlah tokoh otonom PERSIS seperti PD PERSIS Kota Tasik, Pemuda PERSIS, PW IPP Jawa Barat, HIMI PERSIS, dan PPI Kota Tasikmalaya.
Dalam sambutannya, Hamdan Zulfa dari PW IPP Jawa Barat menyampaikan pentingnya pengkaderan lintas sekolah.
“Peserta dari lembaga non-PERSIS ini adalah wujud nyata dari harapan Al-Ustadz Shiddiq Amin (Allahuyarham) agar kader PERSIS bisa hadir di berbagai lini pendidikan dan tetap membawa semangat perjuangan,” kata Hamdan.
Sesi materi juga cukup seru. Akh Khoirul Rizki dari HIMA PERSIS Tasikmalaya membahas soal tantangan pelajar zaman sekarang yang sering bingung dengan sistem yang mereka jalani.
“Banyak pelajar terlalu sibuk mikirin hal yang rumit, padahal masalah ada di depan mata. Kritis itu muncul dari rasa ingin tahu dan keberanian buat nanya serta baca lebih banyak,” ungkapnya.
Selain sesi materi, ada juga FGD (Focus Group Discussion). Di sinilah peserta ditantang buat turun langsung mengamati masalah pelajar di lingkungan mereka. Mereka dibagi kelompok, lalu diminta cari satu isu nyata di Tasikmalaya, terus analisis dan cari solusi.
Tujuannya? Supaya mereka nggak cuma pintar teori, tapi juga siap bicara dan bergerak. Bahkan, mereka diajak menyuarakan solusi ke instansi terkait. Jadi, pelajar nggak cuma ngeritik, tapi juga ikut nyari jalan keluar.
Di akhir acara, Mahesa berharap hasil dari ROFI 1 Vol 2 ini bisa benar-benar ditanamkan.
“Semoga para kader bisa jadi pelajar yang kritis, ilmiah, dan responsif, sesuai semangat ROFI 1. Kota Santri butuh generasi yang siap mikir dan bergerak,” tutupnya.
Reporter: Bilal
Social Footer