Halo, apa kabar para pembaca? Hari ini aku akan membahas bagaimana cinta yang terlihat lovely dan menyenangkan bisa membuat seseorang depresi dan berujung pada bunuh diri. Sungguh mengejutkan, ya? Dari sebuah kata yang berarti kasih sayang, bisa berakhir pada kematian.
Apa itu cinta? Cinta adalah rasa naluri manusia untuk menyukai sesuatu atau sesama individu. Terdengar mengesankan dan terlihat seperti sebuah kesenangan yang akan mudah didapat jika benar-benar mendapatkannya. Namun, mengapa sebuah kata kecil seperti itu bisa berujung pada kematian yang tak terduga?
Sudah ribuan kasus bunuh diri terjadi di dunia ini, khususnya di Jepang, yang terkenal dengan banyaknya kasus bunuh diri. Salah satu penyebabnya adalah cinta.
Mengapa banyak orang merasa sangat malu ketika ingin menyatakan cinta? Kadang, saat kita memikirkan untuk mengungkapkan perasaan kepada orang yang kita sukai, kita sering kali tiba-tiba menjadi pesimis terhadap apa yang akan kita lakukan.
Kasus bunuh diri di Jepang sangat banyak, bahkan dalam satu tahun bisa mencapai ribuan kasus. Biasanya, penyebabnya adalah stres kerja. Di Jepang, terdapat perkataan bahwa para pekerja hidup untuk bekerja, sehingga banyak orang mengalami depresi akibat kelelahan dan memilih untuk bunuh diri.
Namun, mari kita kembali ke masalah cinta. Biasanya, kasus bunuh diri yang disebabkan oleh cinta lebih banyak terjadi pada kalangan pelajar. Aku ambil contoh dari cerpen karyaku yang berjudul “Percobaan Bunuh Diri,” yang menceritakan seorang gadis SMA yang hidupnya cukup memilukan. Meski dia tidak menyerah, saat mengetahui bahwa orang yang dia sukai sudah memiliki kekasih, dia merasa sakit hati, berlari, dan mengambil pisau lalu tidur.
Mengapa bisa berujung pada kematian? Ini bisa disebabkan oleh hati manusia yang sangat lemah dan mudah sakit hati jika terlambat. Semua perkara sering disesali di akhir. Merasa tidak nyaman dengan batin sendiri dan memiliki pikiran untuk bunuh diri.
Bahkan di zaman sekarang, ada perkataan yang sangat sulit untuk diucapkan, seperti “Aku butuh bantuan,” “Aku menyukaimu,” atau “Aku cinta padamu.” Hal ini menjadi sangat sulit karena naluri manusia sudah diatur sedemikian rupa atau karena kepribadian seseorang yang pendiam.
Rasa tidak enak, memikirkan konsekuensi, memikirkan akhir, dan ketidakpercayaan terhadap waktu sering membuat seseorang menyalahkan takdir dan masa. Mereka merasa tidak adil dan membela diri bahwa dirinya lebih cocok dengan orang yang sudah dimiliki.
Apakah harus menyatakan cinta kepada orang yang kita sukai? Jika kamu ingin merasa lebih lega agar tidak ada rasa mengganjal dalam hidup, sebaiknya cobalah untuk mengungkapkannya. Pacaran itu tidak perlu jika kamu sudah menyatakannya. Jika kamu merasa keberatan dengan orang di sekitarmu yang mungkin membicarakanmu, cobalah untuk tidak memperdulikan mereka yang meledekmu. Kamu bisa belajar dari pahlawan Prancis, Joan of Arc, seorang pembantu Orleans yang mengembalikan kejayaan kerajaan Orleans dan membebaskannya dari Inggris. Joan sering menjadi bahan omongan dan bahkan dibakar oleh orang-orang yang tidak menyukainya. Namun, dengan ketangguhannya, dia bisa mengembalikan Orleans ke masa kejayaannya.
Jika kamu merasa lelah dengan kehidupanmu dan merasa sial, mengakhiri hidup dan mengambil pekerjaan sang pencipta bukanlah jalan yang terbaik. Cobalah untuk memendam rasa sakit itu, buang niat bunuh dirimu, dan perbaiki dirimu. Refleksikan hidupmu dan sakitmu.
Kata-Kata Terakhir
Ini sebenarnya baru pertama kali aku menulis artikel, jadi agak canggung saat menulis ini. Aku sendiri mengambil referensi dari novel “Scheduled Suicide Days” karya Akiyoshi Rikako, yang menceritakan seorang gadis SMA yang menduga bahwa ibu tirinya membunuh ayahnya dan mencoba mencari bukti untuk diserahkan ke jalur hukum dalam kurun waktu tujuh hari.
Aku juga mengambil referensi dari cerpen karyaku sendiri yang berjudul “Percobaan Bunuh Diri Di Dalam Saku,” yang berawal dari lagu “Perkara Tubuh” karya musisi Indonesia ternama, Hindia (Baskara Putra).
***
Penulis: Muhammad Faris Al-Azhar (02/8/2024 00:45)
Social Footer