Berita Trending

Mungkin Trauma Itu Masih Ada


 

“Kalian tahu nggak sih tentang trend temen kandung?”
Aku sering dengar orang-orang cerita soal itu. Katanya, punya temen kandung itu seru banget. Temen yang kalau ketemu bisa sampai lupa waktu, temen yang semua cerita hidupnya dibagi tanpa ada rahasia sedikitpun. Rasanya hangat, punya seseorang yang benar-benar bisa jadi rumah kedua selain keluarga.

Tapi sayangnya, aku nggak punya yang namanya temen kandung.
Kok bisa? Kenapa gitu?
Entah, mungkin karena aku nggak pernah benar-benar percaya untuk terbuka sama orang-orang.

Lalu kalau begitu, aku cerita ke siapa? Apakah semuanya harus aku tahan sendiri?
Jawabannya, nggak. Aku masih bisa cerita, tapi bukan ke teman. Aku lebih terbuka ke mamah. Ya, mamah adalah tempat ternyaman untuk aku pulang, tempat yang selalu mendengar tanpa menghakimi. Walaupun begitu, tetap saja ada hal-hal yang nggak bisa aku ceritakan, bahkan ke mamah sekalipun.

Dulu, aku pernah punya yang namanya temen kandung. Aku percaya penuh padanya, aku merasa kami bisa jadi sahabat selamanya. Tapi ternyata ada satu kejadian yang mengubah segalanya.
Mungkin bagi orang lain, kejadian itu biasa saja, tidak terlalu menyedihkan. Tapi buatku, kejadian itu seperti meninggalkan luka yang dalam. Luka yang membuatku takut untuk kembali terbuka, luka yang membuatku ragu untuk percaya lagi.

Sejak saat itu, aku berhenti mencari sahabat sejati. Aku lebih memilih menyimpan banyak hal sendiri, meski kadang terasa sesak. Aku tahu, Allah mungkin sedang menguji aku. Ujian agar aku lebih kuat, agar aku belajar bahwa tidak semua orang yang datang akan tinggal selamanya.

Aku sudah memaafkan orang-orang itu. Aku mencoba berdamai dengan masa lalu. Tapi jujur saja, mungkin trauma itu masih ada. Sesekali ia muncul kembali, berputar di kepalaku seperti film lama yang tak kunjung selesai.

Namun, dari semua rasa sakit itu, aku belajar satu hal penting: menjadi sahabat terbaik bagi diri sendiri. Aku mungkin belum menemukan temen kandung seperti yang orang lain punya, tapi aku percaya, selama aku bisa berdamai dengan luka, aku akan baik-baik saja. Dan siapa tahu, suatu hari nanti, Allah mempertemukan aku dengan seseorang yang benar-benar tulus, seseorang yang bisa jadi temen kandung yang sebenarnya.

Sampai saat itu tiba, biarlah aku menjaga hati ini. Karena meskipun trauma itu masih ada, aku yakin, suatu hari luka ini akan berubah jadi kekuatan.


Penulis: Raina Syaira (Santri Kelas XI.2 MA Al-Huda Pameungpeuk)

Type and hit Enter to search

Close